Rifqi Fadhlullah's

Portfolio
Bertemu musuh part 1
“Lucas kau akan melawan monster dan rebut berlian kegelapan dari seekor bayi naga” ucap seseorang dengan nada kasarnya.


Seorang anak lelaki yang malang mengangguk pelan.

“Apa kau mendengarkan ku?” tanya orang itu dengan nada marah. Kemudian orang itu menendang lelaki kecil itu dengan sangat keras sampai ia terpental cukup jauh.

“I-iy-ya.. a-akan k-ku l-laku-kan” ucap anak itu dengan susah payah.

“Bagus, setelah itu berikan permata itu kepadaku atau kau tahu akibatnya? Aku akan memenggal kepala kecil mu yang malang” ancam orang itu dengan sangat kejam. Kemudian orang itu pergi meninggalkan lucas sambil tertawa puas.

Aku akan membunuhmu! Lihat saja geram lucas dalam hati.

“Lucas!”

Terdengar suara anak perempuan yang meneriakan namanya dengan sangat keras. Anak perempuan itu terdengar kaget dan juga takut.

“Apa kau tidak apa apa? Kau pasti di ancam oleh prajurit sialan itu bukan? Sudah ku bilang lebih baik kau tidak berurusan dengan mereka lagi” ucap anak perempuan itu.

“Ini bukan urusan mu” ucap lucas.

Anak perempuan itu sudah tidak terkejut lagi melihat sifat nya yang selalu kasar, ia sudah terbiasa dengan sikap kasar nya.

“Aku tahu...”

“KAU TAHU APA!? JIKA AKU TIDAK MENURUTI PERMINTAAN SIALAN MEREKA, AKU AKAN DIBUNUH!! DIBUNUH!! APA KAU TIDAK MENGERTI!?” bentak lucas dengan sangat kasar. Lucas mulai meneteskan air mata kemudian ia berlari menjauh dari anak perempuan itu dengan susah payah.

Anak perempuan itu terisak, dan ia mulai menangis. “Kenapa? Kenapa kau begitu keras hati lucas” ucap anak perempuan itu lirih.
***

Hari sudah mulai gelap karena awan sudah berkumpul dan siap menjatuhkan muatan nya. sebentar lagi hujan. Lucas berjalan tertatih melewati gang gang, ia merasa sangat marah dan sangat ingin membunuh prajurit yang telah membuatnya sengsara. Orang tuanya tidak benar benar terbunuh dalam peperangan, tetapi mereka lah yang sudah membunuh kedua orang tuanya. Orang orang biadab itulah yang telah membunuh 2 orang terpenting dalam hidupnya, mereka sudah merebut semua kebahagian nya dan ia harus mengambilnya kembali.

Lucas sampai di rumah nya, rumah bekas yang sudah tidak terurus. Yang sudah sebagiannya hancur dan tidak bisa di gunakan untuk membuat nya nyaman di tengah hujan. Ketika hujan ia terpaksa tidur dengan dingin nya udara.

Lucas masuk ke rumah itu dan berbaring di sofa yang di tinggalkan pemiliknya. Awalnya tempat ini sangat berdebu, lucas sedikit membersihkan nya agar ia bisa tidur dan bangun pagi untuk mencari uang dengan membunuh monster monster untuk membeli makanan sehari harinya. Dan setiap harinya ia selalu bertemu dengan orang orang itu lalu merampas semua jerih payah nya.

Ayah lucas adalah seorang ahli pedang, ayah nya lah yang mengajarkan nya untuk menggunakan pedang. Ia menggunakan 2 pedang sederhana untuk bertahan hidup. Ia adalah pengguna dual sword yang cukup handal, ia bisa saja untuk masuk akademi, tapi orang orang itu selalu menahan nya dan membuatnya selalu gagal dalam ujian masuk akademi.

Lucian meraba pinggiran sofa lusuh nya dan menemukan 10 rho yang dapat di gunakan untuk membeli makanan nya sampai besok siang. Ia kembali meletakan uang nya dan mencari sesuatu di lemari nya dan menemukan 1 potong roti dan 1 botol air.

“Syukurlah masih ada” ucap lucas. Kemudian ia memakan nya dengan lahap sampai habis. Setelah selesai makan ia pergi keluar sambil membawa uang nya yang tadi untuk membeli roti dan mungkin selai agar ia tidak memakan roti tanpa rasa.

Ia membawa 2 pedang nya untuk berjaga jika orang orang itu datang dan mengganggu nya lagi. Ia jalan dengan payung dan sepatu bot lusuh menerobos hujan yang sangat deras. Sesampai nya di toko ia mulai melihat lihat harga yang pas untuk 10 rho.

selai kecil 6 rho!? Yang benar saja gerutu lucas.

“Ada yang bisa ku bantu nak” ucap penjaga toko dengan ramah.

Lucas mengangkat kepalanya. “Apa tidak ada selai yang harganya murah? Uang ku tidak cukup untuk membeli roti dan selai itu” ucap lucas.

“Selai mana yang ingin kau beli?” tanya si penjaga toko.

Lucas menunjuk ke arah selai coklat yang kelihatan nya lezat.

Si penjaga toko memerhatikan penampilan lucas. “Apa kau membawa pedang?” tanya penjaga toko.

Lucas terkejut dengan pertanyaan si penjaga. “Aku mohon izinkan aku membeli makanan disini, aku tidak akan menyakiti siapapun disini” mohon lucas.

“Aku tidak akan mengusirmu, aku tahu kau membawa senjata itu untuk berjaga juga orang orang itu mulai mengusik mu” ucap si penjaga toko.

“Bagaimana...”

“Mereka selalu mencari masalah, hanya saja raja belum mengetahui kelakukan mereka. Juka raja tahu pasti mereka akan di penggal sambil di pertontonkan” ucap si penjaga toko. “Tunggu di sini” penjaga toko itu pergi kebelakan untuk sebuah urusan. Tidak lama kemudian si penjaga toko itu kembali sambil membawa beberapa barang.

“Kau bisa mengambil ini semua, buanglah sepatu bot mu itu. Aku yakin itu tidak bisa menjaga kakimu tetap kering” ucap si penjaga toko.

Penjaga toko itu memberikan banyak sekali barang bekas nya yang sudah tidak ia pakai. Seperti sepatu bot, payung, tenda, selimut dan bantal. Dan memberikan bungkusan makanan untuk lucas.

“Inikan makanan yang mahal, bagaimana aku bisa membayarnya?” tanya lucas.

“Itu gratis, aku berikan itu untuk mu” ucap si penjaga toko. “Lebih baik kau pulang sebelum hujan kembali deras”

"Aku tidak bisa menerima semua ini tanpa membayar sedikitpun, setidaknya terimalah 10 rho ini untuk bayaran atas semua ini" ucap lucas sungkan.

sang penjaga toko tersenyum melihat lucas. "Kau anak yang baik, kau bisa menyimpan uang mu untuk esok. Karena kau tidak tahu apa mereka akan menyisakan sedikit uang untuk mu" ucap penjaga toko itu dengan ramah.

benar juga pikir lucas.

"Tapi setidak nya terimalah setengah nya" mohon lucas agar sang penjaga toko menerima uang nya.

"Tidak, aku tulus memberikan itu untuk me tanpa berharap 1 rho-pun bayaran. kau bisa menyimpan uang mu" balas sang penjaga toko dengan ramah.

Lucas pasrah dengan keputusan sang penjaga toko. Jujur saja lucas sangat senang dengan apa yang ia dapat malam itu. Lucas mengangguk dan kemudian pergi dari toko itu. Sesampai nya ia di tempatnya yang sangat tidak nyaman ia langsung menggunakan tenda yang di berikan si penjaga toko agar ia bisa tidur lebih nyenyak.

***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Pemburuan monster part 5
Dikamar julian tidak sepenuh nya dapat tertidur, ia tetap terjaga dalam kegelapan. sedangkan malam sudah semakin larut.

"Apa kau masih terjaga julian?" tanya octavian.

julian bangun dari posisi tidurnya. "Eh guru, ada apa?" tanya julian.

"Kau pasti sedang memikirkan sesuatu sehingga kau masih terjaga, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya octavian.

“Entahlah, aku tidak benar benar memikirkan sesuatu” jawab julian singkat.

“Benarkah begitu? Kalau begitu lebih baik kau segera tidur karena kau akan bangun kesiangan karena tidur terlalu larut” ucap octavian.

“Apa kita akan berangkat pagi pagi sekali?” tanya julian.

Octavian menggeleng. “Tidak, kita akan berangkat saat matahati mulai bersinar terang. Tentu kita mau mandi pagi dan sarapan dulu” ucap octavian.

“Kau benar, lebih baik aku segera tidur” ucap julian. Lalu ia menarik selimutnya dan tidur menghadap ke kanan.

“Selamat malam ayah” bisik julian.
***

“Julian, bangun. makanan sudah siap” ucap ricky membangunkan julian sambil menggoyang kan badan julian.

“Hmm... iya aku bangun” ucap julian yang masih terlihat mengantuk.

“Kau akan kehabisan makanan, lebih baik kau segera ke aula” ucap ricky kemudian meninggalkan julian.

“Aku masih mengantuk, masih ingin tiduran, dan.. yah, sekarang aku harus bangun” ucap julian dengan sangat lemas. Mungkin karena ia tidur terlalu larut sampai ia bangun dengan badan yang tidak bugar.

“Kak, kau terlihat seperti orang yang kurang tidur. Apa kau begadang semalaman?” tanya fiora saat melihat kakaknya dengan wajah kusut dan masih mengantuk.

“Ya, ehh.. sebenarnya tidak juga” ucap julian sambil terkekeh.

“Lebih baik kau cuci muka dulu, kau terlihat sangat bodoh dengan wajah seperti itu” ucap fiora.
Julian menggaruk kepalanya sambil terkekeh. Kemudian ia mencuci mukanya, hanya membasuh wajah nya sampai ia merasa sedikit segar. Setelah selesai mencuci mukanya ia kembali aula, tempat mereka akan makan bersama.

“Mari makan bersama, yang lain sudah menunggu mu” ucap hanna saat julian datang.

Julian mengangguk dan kemudian ia duduk bersama dengan guru dan teman adiknya.

Mereka makan bersama dengan nikmatnya. Setelah selesai mereka bersiap untuk perburuan di hari kedua.

Julian ke kamarnya dan menyiapkan segala peralatannya dan juga mandi. Setelah ia selesai bersiap mereka pergi ke tempat penerimaan tamu untuk mengembalikan kunci yang mereka pinjam untuk menginap semalam.

“Apa kalian tidak ingin membeli peralatan untuk berburu? Kami punya senjata senjata yang cukup bagus untuk berburu” ucap sang pelayan.

“Tidah perlu, uang kami kurang jika digunakan untuk membeli barang barang lain” ucap hanna menolak penawaran sang pelayan.

“Baiklah, terimakasih telah berkunjung kesini. Apa ada saran untuk kami?” ucap sang pelayan.
Hanna menggeleng. Dan kemudian mereka keluar dari penginapan itu.
***

“Uang kita tersisa cukup banyak, kita bisa menyewa penginapan sebanyak 6 kali jika mau. Jika tidak kita bisa membuat api unggun setiap malam untuk tidur” ucap hanna.

“Kita masih bisa mendapatkan uang dari membunuh monsterkan?” tanya ricky.

“Ya memang, tapi apa kau tidak ingin menggunakan senjata baru saat turun dari gunung?” ucap octavian.

“Apa kita ingin membeli senjata baru?” tanya fiora yang tiba tiba bersemangat.

“Tidak, kita tidak membeli senjata. Tapi kita membeli bahan untuk membuat senjata” ucap hanna.

“Lalu?” tanya auren.

“Ya kita akan membuatnya” celetuk julian.

Semua mata mengarah kepada julian. Karena sejak tadi ia hanya diam mendengarkan apa yang dibicarakan oleh teman barunya.

“Ya benar apa yang dikatakan oleh julian, kita akan membuat senjata dengan bahan rare” ucap hanna dengan nada cukup bersemangat.

"Wow!! Rare!" teriak fiora bersemangat.

“Bukan nya bahan rare itu sangat mahal?” tanya ricky.

“Oleh sebab itu kita harus mengumpulkan uang dari membunuh monster monster dan jangan sampai ada yang terluka” ucap hanna. “Oh iya aku hampir lupa” hanna merogoh tas kecilnya dan menunjukan apa yang di dapat dari sana.

“Apa itu? Obat untuk apa?” tanya fiora.

“Ini obat penyembuh yang ku beli dari penginapan itu, ternyata kita menyewa penginapan yang cukup mahal. Tapi disana tersedia banyak sekali perlengkapan untuk berburu termasuk obat ini” ucap hanna menjelaskan.

“Tapi obat ini hanya ada 10” ucap julian.

“Pengamatan mu baik” ucap hanna. “Obat ini sangat mahal, dan juga sangat sedikit. Jadi kerjasama tim itu diperlukan agar tidak ada yang terluka”

“Dan obat itu yang biasa digunakan pasukan elite untuk jaga jaga jika terkena racun, karena obat ini dapat menyembuhkan apa saja dengan sangat cepat” sambung octavian.

“Baiklah lebih baik kita berangkat sekarang agar mendapat buruan lebih banyak” ucap hanna.
Julian dan yang lain mengangguk. Kemudian mereka berangkat bersama.
***

Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Pemburuan monster part 4
“Kak kau terluka cukup banyak, kau lebih baik berendam di kolam penyembuh agar luka luka mu sembuh dengan cepat” ucap fiora pada kakak nya saat berada di teras penginapan.

“Kau saja duluan mandi, lagi pula wanita lah yang mandi duluan” ucap julian.

“Baiklah, kolam penyembuh nya ada di belakang penginapan. Disana ada bagian laki laki dan perempuan” ucap adik nya.

“Oke, aku akan kesana nanti” balas julian.

“Lebih baik kau segera berendam disana sebelum terjadi infeksi pada luka mu” ucap fiora menasihati kakak nya.

“Iya kakak tau adikku sayang” ucap julian meng-iya-kan nasihat adik nya.

Fiora tersenyum dan pergi ke kolam penyembuhan.

Julian melihat langit. Ayah apa kau melihat ku sekarang? Apa kau bangga dengan kemampuanku? Apa ayah justru malu karena kemampuanku hanya sebatas ini? Tidak seperti ayah yang sangat hebat. renung nya.

“Julian, kau tidak ikut berendam? Kau harus berendam kau tahu itu kan?” tanya octavian saat melihat julian hanya duduk diteras dan memandang langit.

“Ya, aku akan berangkat 5 menit lagi. Aku ingin merenung” jawab julian.

“Akan lebih nyaman kalau kau merenung habis berendam, karena semua luka mu sudah sembuh” ujar octavian.

Julian berpikir sejenak. “Baiklah, aku berendam sekarang” ucap julian memutuskan.

Octavian tersenyum. Kemudian mereka pergi kolam penyembuh.
***

“Bagaimana? Kau sudah merasa lebih baik?” tanya octavian setelah selesai berendam.

“Ya, semua luka ku sudah sembuh total tidak ada bekas sama sekali. Aku baru tahu ada obat seperti itu” jawab julian.

“Tentu saja ada, jika tidak mungkin sudah musnah kerajaan kita” gurau octavian.
Sejenak hening.

“Aku mau keluar sebentar” ucap julian.

“Ya silakan” ucap octavian.

Julian berdiri dan membuka pintu.

“Oh iya, kau tidak ikut makan? Sebentar lagi makanan siap” ucap octavian mengingatkan.

“Benar juga, sisakan saja untukku” jawab julian.

“Baiklah, akan ku sisakan. Kalau tersisa” gurau octavian. Sekejap octavian dan julian tertawa bersamaan.

SREEEEEKK

“Oh, kau rupanya. Kau sudah selesai berendam? kelihatan nya kau sangat menikmati kolam penyembuh itu ricky” ucap octavian ketika melihat ricky masuk.

“Ya, disana sangat nikmat sampai aku ketiduran” ucap ricky malu.

Julian menutup pintu dan pergi teras penginapan. Disana tidak begitu mewah, tapi sangat indah. Terdapat kolam ikan yang berbentuk absrak, batu batu yang tersusun rapi, dan juga tanaman tanaman yang dipasang secara tepat sehingga menciptakan pemandangan yang sangat indah. Langit yang hitam kebiruan ditaburi bintang membuat suasana menjadi makin sempurna. Entah sempurna untuk bersantai atau berenung, yang jelas julian snagat menikmati suasana itu.

Julian terus menatap langit yang ditaburi bintang itu sambil berbaring di lantai teras penginapan. Entah apa yang dipikirkan nya, yang jelas ia merasa sangat tenang dan nyaman.

Julian mendengar ada langkah kaki mendekat. Ia duduk dan melihat siapa yang datang dan ternyata itu adalah adik nya sambil membawa makanan, yang jelas makanan itu pasti makanan yang sudah di pesan oleh gurunya dan guru adiknya.

“Kau harus makan kak” ucap fiora sambil duduk dan meletakan nampan berisi makanan.

“Aku sudah berpesan untuk menyisakan makanan untuk ku” ujar julian kepada adiknya.

“Kau tahu arti dari kata ‘sisa’? pasti sesuatu yang tidak layak” ucap fiora. “Kau tau ricky? Ia makan dengan porsi yang sangat besar dan pasti gurumu juga”

“Ya, mungkin kau benar” ucap julian.

“’Mungkin’? aku memang benar” gerutu adik nya.

“Iya iya kau memang benar. Mari kita makan” ucap julian.

Fiora mengangguk. Dan kemudian mereka makan bersama di teras penginapan. Mereka makan sambil membicarakan banyak hal, dari hal yang penting sampai hal yang benar benar tidak penting. Seperti ‘apa kau mengambil debu babi itu?’ ‘aku yakin kau takut setengah mati saat kau menghadapi babi hutan, kau kan takut babi’ atau apalah. Yang jelas mereka tidak ada habis nya berbicara, selalu saja ada yang ingin di bicarakan.

“Kalian tidak tidur?” tanya hanna. Ia melihat kenampan yang masih ada didekat mereka berdua. “Kalian belum mengembalikan nampan itu?” tanya hanna.

“Oops! Aku lupa. Aku akan mengembalikan nya segera” ucap fiora.

“Ya lebih baiik kembalikan sekarang dan segera tidur. Kita akan pergi nanti pagi dan uang kita masih banyak untuk menyewa penginapan di tempat selanjutnya” ujar hanna.

“Baiklah aku akan mengembalikan nampan ini” ucap fiora. Kemudian fiora pergi untuk mengembalikan nampan yang ia bawa tadi.

Hanna duduk di samping julian. “Kau sangat beruntung memiliki adik seperti dia, dia cerdas, perhatian, berhati lembut, dan juga sangat dewasa untuk ukuran seumuran dia” ucap hanna.

“Ya, dia sangat berbakat. Bahkan ia bisa lulus melebihi kemampuan saingan nya meski umur nya belum diperbolehkan untuk ikut ujian” ucap julian. “Aku bahkan sampai kaget ketika ia mendapatkan peringkat 10 besar peringkat kelulusan ujian masuk”

“Ya, ia sangat hebat. tapi ia akan menjadi sangat ceroboh jika ia lelah, lebih baik kau suruh adik mu tidur karena besok kita akan melanjutkan perburuan sekalian latihan” ujar hanna. Dan kemudian pergi meninggalkan julian sendiri diteras.

Tidak lama kemudian adiknya datang. “Aku sudah selesai mengembalikan nampan nya. Lho? guru hanna kemana?” ucap fiora.

“Entahlah, tadi ia pergi begitu saja. Pergilah ke kamarmu supaya bisa lebih konsentrasi untuk perburuan besok” ucap julian.

“Kakak tidak tidur?” tanya fiora.

“Tentu saja kakak akan tidur sebentar lagi, kakak ingin ke kamar kecil sebentar” ucap julian.

“Baiklah kalau begitu, aku tidur duluan” ucap fiora.

Julian mengangguk.

Fiora berbalik dan kembali ke kamarnya.

Setelah julian selesai menyelesaikan semua urusan nya, julian segera ke kamarnya dan tidur.
***

Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

pemburuan monster part 3
Fiora berjalan mendaki gunung bersama guru dan 2 teman nya. fiora berjalan dengan sangat riang, ia sangat menyukai kesejukan, karena itulah fiora sangat senang untuk berburu atau lebih tepat nya berjalan jalan ke gunung.

“Bagaimana kalau kita menguji keterampilan masing masing, kita akan memburu monster kecil, sebenar nya tidak kecil secara ukuran. Monster itu cukup besar dan juga lincah” ucap hanna.

Fiora, ricky, dan auren berfikir. Monster macam apa yang akan dihadapi nya.

“Dimana kita bisa mendapatkan nya?” tanya auren.

“Ikut aku” ucap hanna. Kemudian hanna berjalan mendekati semak.

Fiora, ricky, dan auren mengikuti guru nya yang sudah berjongkok di dekat semak.

Hanna membuka sedikit semak untuk memberi tahu apa yang ada di balik semak itu. “Itu adalah rusa jantan raksasa.

“Yang benar saja, itu rusa yang sangat besar, ukuran nya 3 kali dari badan ku” ucap fiora kaget ketika meluhat sosok dibalik semak.

Rusa jantan yang besar, berbulu hitam, dengan mata merah yang sangat menyeramkan membuat siapapun takut ketika melihat mata itu.

“Kalian bertiga. Bekerja samalah” ujar hanna. “Ini tidak sulit, dan hewan itu memiliki jarahan yang cukup banyak”

Masing masing dari mereka menelan ludah nya. “ Baiklah, akan kami coba” ucap ricky.

“Apa kau yakin?” tanya auren.

“Tidak ada salah nya kita mencoba nya, daripada tidak sama sekali” jawab ricky. “kalian tahu dimana posisi kalian?”

“Formasi segitiga”

Mereka mulai memasuki tempat mereka masing masing, dan menunggu aba aba dari ricky.

Fiora dan auren memberi aba aba kalau mereka sudah sampai ke posisi.

Tangan ricky mengangkat tandan untuk bersiap. Fiora dan auren mulai menarik panah nya.

Ricky keluar dari semak

Rusa itu berbalik.

2 tembakan panah menyergap badan rusa itu. Ricky menarik panah nya.

Rusa itu berteriak kesakitan ketika 2 anak panah menancap di tubuh nya. darah segar mulai mengalir dari bekas luka panah. Kemudian rusa itu berlari kearah ricky bersiap untuk menyeruduk ricky.

Ricky melepaskan panahan nya. tapi sayang nya panahan nya di tangkis oleh tanduk rusa itu. Sial. Ricky berguling ke samping untuk menghindari serudukan rusa itu.

“Kita gagal?” ucap auren yang mendadak keluar dari semak.

“Auren, kembali ke posisi!” teriak ricky.

Tapi mereka sidah terlambat, rusa itu sudah menyadari kehadiran auren dan segera menyeruduk kembali kearah mereka berdua.

“Sial!” teriak ricky. Ricky menarik auren agar terhindar dari serudukan rusa itu. Ricky pergi ke tengah dan auren ada di belakang nya. “Tetap di belakang ku, dan jangan menarik anak panah” ucap ricky pelan pada auren.

“Apa kau...”

“Ya aku ada ide, tapi mungkin saja gagal” potong ricky.

Ricky berjalan dengan was was diikuti dengan auren dibelakang nya. rusa itu juga berjalan memutar. Sesaat mereka hanya berputar putar sampai akhir nya rusa itu mulai menyeruduk.

“Auren panah mu!” teriak ricky.

Ternyata reflek auren lebih lambat dari apa yang ricky rencanakan. Rencananya gagal.

Dari semak tiba tiba keluar seorang dengan pedang besar nya yang menghantam tanduk rusa itu sampai rusa itu terjengkang kebelakang cukup jauh.

Sedangkan fiora masih di tempat sambil menahan tembakan nya. ia terkejut ketika melihat siapa yang menolong kedua teman nya. “Kakak” ucap fiora pelan.

“Kalian tidak apa?” tanya julian.

Rusa itu bangun lagi.

“Ya terima..”

“Tetap dibelakang ku” ucap julian tanpa mendengarkan ucapan auren.

Julian mengajak rusa itu berputar sambil mengulur waktu untuk berfikir menyusun rencana. Sial! Aku tidak dapat merencanakan apapun gerutu julian di dalam hati.

Rusa itu sudah tidak sabar dan segera menyeruduk ke arah julian dan 2 orang di belakang nya.

Mati sudah

“Kakaaaaaaaaaaaaaakkkkk” teriak fiora sambil melepaskan tembakan nya.

Belum sempat julian mengenali suara itu tapi rusa hitam itu sudah mati. Ada panah yang menancap di belakang kepalanya.

Kemudian fiora keluar dari semak.

“Fiora? Sedang apa kau disini?” tanya julian ketika melihat adik nya.

“Aku sedang latihan berburu monster” jawab adik nya.

Julian melepaskan pedang nya dan berlari ke arah adikanya kemudian memeluk dan memutar adik nya. ia bangga dengan adik nya yang sudah menyelamatkan kakak nya dan juga 2 orang di belakang nya. “Kau sangat hebat fiora! Kau mengalahkan rusa itu dengan 1 tembakan!” ucap julian dengan bangga.

“Kau kakak nya fiora?” tanya ricky.

Julian menurun kan adik nya dan berbalik. “Oh, iya aku kakak nya” jawab julian sambil mengulurkan tangan.

Ricky menatap tangan itu sejenak sebelum akhir nya menjabat tangan nya.

“Terimakasih sudah menjaga adik ku, apa dia menyusahkan mu?” ucap julian.

“Aku tidak menjaga adik mu, tapi adik mu yang menjaga kami. Ia pemanah yang sangat berbakat. Harus nya aku yang berterimakasih” sanggah ricky.

“Begitukah? Sehebat itu adikku?” tanya julian sambil melirik adiknya.

“Lebih dari itu” sambung auren yang seolah tahu apa yang di pikirkan julian.

Julian memalingkan pandangan nya ke auren.

“Adik mu sangat hebat bahkan melebiki kami yang umur nya lebih dewasa” lanjut auren.

“Kerja bagus anak anak!” ucap hanna yang tiba tiba sudah berkumpul dengan mereka.

Octavian juga keluar dari semak dan ikut berkumpul dengan mereka.

“Kau juga ada disini octavian” ucap hanna ketika melihat octavian datang.

“Tentu saja, aku tidak akan membiarkan muridku berkeliaran sendirian dihutan tanpa pengawasan” balas octavian.

“Anak ini murid mu? Wow! Kelihatan nya kau punya murid yang sangat hebat, sudah lama sekali ya kau tidak mengajarkan 1 murid pun” ucap hanna kagum.

“Dia murid terbaikku” ujar octavian singkat.

“Tentu saja aku murid terbaikmu, aku hanya sendirian” sambung julian.

Sereantak semua nya tertawa.

“Aku sungguh sungguh, selama aku mengajarkan pedang kau lah murid terbaik ku” ucap octavian yang masih sedikit tertawa.

“Baiklah, siapa yang membunuh rusa itu? Ia berhak mengambil item terjatuh dari rusa itu” ucap hanna mengumumkan.

Semua mata tertuju kepada fiora.

“Apa aku pantas mengambil nya? aku tidak bisa melakukan nya tanpa ada ricky dan auren” ucap fiora sedikit menolak mengambil semua item terjatuh dari rusa itu.

“Kau boleh mengambil semuanya” ucap ricky.

“Kau yang mengalahkan rusa itu dengan 1 tembakal telak. Kau berhak memiliki semua nya” lanjur auren.

Fiora menatap wajah kakak nya.

Kakak nya mengangguk.

“Baiklah, kalau fiora tidak mau mengambil nya bagaimana kalau kita mengambil nya?” usul hanna.

“Memang nya item terjatuh nya cukup jika dibagikan 1 per 1?” tanya julian.

“Aku tidak bilang begitu. Aku berpikir bagaimana kalau kita jual item terjatuh itu dan kita belikan makanan dan kita bisa makan bersama di suatu tempat makan malam ini bahkan sampai malam selanjutnya mungkin bisa” ucap hanna.

“Ibuku pasti sudah memasak makanan dirumah, aku tidak mau menyakiti hatinya dengan tidak memakan makanan yang telah dibuat nya” ucap fiora.

Hanna berpikir sejenak.

“Bagaimana jika kita belikan bekal untuk besok, kita disini tidak hanya sehari disini dan kita tidak mungkin kembali ke desa untuk menukarkan item itu. Di sekitar sini ada tempat penukaran dan juga ada tempat yang adapat kita gunakan untuk membeli perbekalan” ucap octavian.

“Kita disini lebih dari 1 hari? Ibuku pasti sudah memasak untuk aku dan fiora” ucap julian.

“Tenang saja, aku sudah memberitahu ibumu kalau kau tidak akan pulang selama 3 sampai 4 hari” balas octavian.

“Bagaimana...”

“Aku mantan pasukan elit kau tahu” ucap octavian sedikit menyombongkan diri.

“Oke, sudah diputuskan. Kita akan segera ketempat itu dan segera lah ambil item terjatuh itu lalu kita berangkat” ucap hanna.

“Bersama?” tanya auren.

“Tentu saja, kita sudah mengalahkan monster itu bersama. Dan kita mungkin bisa menginap di penginapan dekat sini bukan octavian?” ucap hanna meminta pendapat octavian.

“Memang nya uang nya cukup?” tanya octavian.

“Memang nya kau belum mendapat apa apa?” tanya hanna balik.

“Sudah, hanya berlian dan 2 taring babi hutan” jawab octavian.

“Yang benar saja, taring babi hutan harga nya cukup mahal dan jarang sekali yang mendapatkan nya sampai 2 sekaligus” ucap hanna terkejut.

“Ya begitulah” ucap octavian.

“Yalau biayanya kurang kita bisa pakai hasil dari penjualan item ku, lagipula kalau taring itu dijadikan senjata hanya mampu membuat pisau berukuran ekstra besar jadi tidak apa” ucap julian.

“Baiklah, ayo kita berangkat” ucap hanna.

Yang lain mengangguk setuju dan kemudian mereka melanjutkan perjalanan sebelum pergi kepenginapan di sore hari. Hasil hari ini cukup banyak jadi mereka tidak perlu khawatir soal biaya penginapan.
***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

pemburuan monster part 2
Julian berangkat dengan gurunya, hanya berdua. Karena akademi itu hanya julian peminat nya. Mereka mendaki gunung dan sesekali beristirahat untuk minum kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

Ditengah jalan gurunya berhenti.
“Ada apa?” tanya julian.

“Sebelum kita mencoba untuk melawan monster yang paling atas, lebih baik kita melawan monster monster kecil yang ada disana” ucap octavian sambil menunjukan jarinya kearah semak semak.

“Monster ap..” belum sempat julian menyelesaikan ucapan nya, seekor babi hutan yang sama besar nya dengan julian tiba tiba keluar dari semak.

Wajah julian memucat. Yang benar saja gerutu julian dalam hati. Babi hutan adalah hewan yang paling ia takuti.

“Kalau kau belum bisa menandingi ketakutan mu kau tidak akan bisa maju. Apa lagi diatas terdapat monster yang tidak terbatas besar dan jumlah nya” ujar octavian dan kemudian berjalan menjauh dan membiarkan julian berduel dengan babi hutan itu.

“Guru, yang benar saja” gerutu julian lagi.
Octavian mengangkat bahu dengan cuek sambil duduk di atas batu menandakan kalau ia tidak mau tahu.

Julian menelan ludah nya. kakinya gemetar, keringat dingin mulai bercucuran dari kepalanya, pikiran nya kacau, ia tidak bisa bergerak, bahkan hanya untuk mengambil pedang nya.

“Berhentilah bergetar seperti anak kecil, fokus, dan kalahkan ketakutan mu. Anggap saja babi itu adalah hewan yang membunuh ayahmu” ucap octavian mulai tegas.

Ayah ucap julian dalam hati. Amarah julian bangkit, akhirnya julian kembali stabil dan mulai mengambil pedang nya yang ada di punggung nya dan langsung mengacungkan pedang nya. “Majulah babi sialan!” gertak julian.

Babi hutan itu mulai berlari menyerang julian.

Julian pun berlari untuk menyerang babi hutan itu. Saat jarak antara keduanya sudah mulai dekat, julian melompat dan menebas ekor babi hutan itu.

Babi hutan itu meraung kesakitan karena ekornya dipotong.

Julian kaget, bagaimana ia bisa mengayunkan pedang nya dengan sangat mudah.

“Kuncinya adalah tekat” teriak gurunya dari jauh.

Tekat, ya tekat! Teriak julian dalam hati dengan semangat.

Babi hutan itu mulai berlari dengan sangat marah karena kehilangan ekor nya.

Julian menacungkan pedang nya lagi. Dan berlari untuk menghabiskan babi hutan itu. Dengan segenap keahlian dan teknik yang sudah ia pelajari dari gurunya. Ia mencabik, memotong sedikit demi sedikit bagian tubuh babi hutan itu. Julian melompat mundur untuk mengambil napas sejenak.

Babi itu sudah berlumuran darah, taring babi hutan itu sudah terpotong keduanya, kaki babi hutan itu sudah gemetar karena kesakitan. Tapi babi hutan itu tidak menyerah, ia berlari lagi bersiap menyeruduk julian.

Babi hutan ini sangat keras kepala gerutu julian mulai jengkel. Julian juga berlari untuk mengakhiri pertarungan melawan babi hutan yang keras kepala ini.

Sriinggg...


Julian berhasil membelah dua babi hutan itu.

Kemudian babi hutan itu berubah menjadi debu.

“Kenapa...”

“Itulah bounty” potong gurunya. “Yang kau lawan itu bukanlah babi hutan biasa, tapi merupakan monster, dan ketika monster mati karena dibunuh ia akan meninggalkan berlian yang dapat dijual ditempat penukaran. Itulah sebabnya ada orang yang bekerja hanya pergi kehutan dan pulang membawa uang” ucap octavian menjelaskan.

“Tapi kenapa berubah jadi abu?” tanya julian.

“Karena monster itu tidak ada, tapi mereka diciptakan sejak dahulu kala untuk membunuh para pahlawan dan calon pahlawan. Tapi seiring berjalan nya waktu, monster monster itu digunakan untuk menjadi tolak ukur dan menjadi bahan jarahan” jawab julian.

Julian berbalik dan mencari berlian yang dimaksud oleh gurunya. Dan ia menemukan sesuatu yang berkilau dan ia mengambil nya dan berbalik menatap gurunya. “Apa ini berlian yang guru maksud?” tanya julian.

Gurunya mengangguk.

Julian tersenyum. “Yey!! Aku bisa menghasilkan uang dengan ini!!!” teriak julian senang.

“Tapi jumlah itu tidak seberapa, mungkin hanya dapat membeli 2 buah kentang mentah” ucap octavian.

“Berarti para bounty hunter harus membunuh banyak sekali monster untuk mendapatkan uang” ucap julian menyimpulkan.

“Ya tepat sekali. Makanya mereka hanya pergi untuk bounty seminggu sekali atau 3 kali. Karena berburu monster itu tidak semudah memburu hewan, perlu keahlian dan keberuntungan yang tinggi. Jika tidak maka ia akan mati karena dikepung oleh monster monster yang disekitar nya” ujar octavian membenarkan ucapan julian.

“Oh iya, bagaimana aksiku tadi melawan babi hutan?” tanya julian meminta pendapat gurunya tentang aksi pertamanya.

“Kau masih perlu mengendalikan dirimu. Kau tahu kau hampir mati kalau kau tidak segera sadar dan membunuh babi hutan itu. Soal teknik itu bagus, dan aku tadi melihat sesuatu yang sangat luar biasa” ucap gurunya.

“Luar biasa? Apa yang luar biasa?” tanya julian tidak mengerti dengan yang diucapkan gurunya,

“Itu tidak penting, mari kita melanjutkan perjalanan” ucap octavian yang tidak jadi memberi tahu apa yang ‘luar biasa’ yang ia lihat.

“Kau selalu saja berbicara tidak lengkap, pada akhirnya aku menyimpulkan sendiri dan tidak tahu kenyataan nya” gerutu julian.

Octavian tertawa dengan keras.

“Baiklah, jika kita sudah selesai istirahat kita akan lanjutkan lagi perjalanan” ucap octavian.

“Aku sama sekali belum minum” ujar julian.

Kemudian mereka istirahat sebentar lalu pergi untuk melanjutkan perjalanan.
***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Pemburuan monster part 1
Julian bangun karena rasakan ada aroma lezat yang lewat di hidunganya, ia memaksakan dirinya untuk bangun, sebenarnya ia sangat malas untuk bangun dari kasur nya karena ia sangat lelah karena latihan yang begitu keras. Tapi karena perut nya yang terus memaksa julian bangun akhirnya ia bangun dan kedapur untuk melihat apa yang sedang dimasak ibu nya.

“Bu, sedang masak apa?” tanya julian sesampai nya di dapur.

“Oh, julian. Kau sudah bangun rupanya” ujar ibunya saat melihat anak tertuanya bangun. “Apa tidurmu nyenyak? Apa tubuhmu merasa bugar?”

Ibunya langsung menghujani nya dengan pertanyaan. “Lumayan, aku tidak merasa kalau aku sudah tidur lebih dari 12 jam. Kurasa aku sedang berhibernasi semalam” gurau julian. “Dan badanku tidak begitu bugar, banyak bagian tubuhku yang sakit. Tapi tidak apa apa aku masih bisa bergerak”

“Mandilah dengan air dingin agar tubuhmu lebih bugar” ucap ibunya.

Julian mengangguk dan pergi mandi. Julian mandi cukup lama karena ia sangat kotor dan membiarkan tubuhnya kotor selama lebih dari 12 jam. Alhasil ia harus berlama lama dengan dingin nya air untuk membersihkan badan nya. setelah selesai mandi julian langsung menuju meja makan. Dan disana sudah ada ibu dan fiora yang menunggunya untuk makan.

“Kakak lama sekali mandinya” ujar fiora.

“Kakak, sangat kotor itulah sebabnya kakak mandi sangat lama” balas julian.

“Julian bergegaslah, adikmu sudah menunggumu untuk makan” ucap ibunya memperingati agar julian segera bergegas.

“Baiklah bu, aku ingin berpakaian dulu” ucap julian. Kemudian ia pergi kekamarnya dan memakai pakaian rumah nya dan segera ke meja makan untuk makan.

Kemudian mereka makan bersama sebelum mereka pergi ketempat mereka akan beraktivitas sehari hari. Julian dan fiora ke akademi mereka masing masing sedangkan ibunya pergi ketoko untuk bekerja.
***
Ketika julian sampai di akademi julian sempat mengintip gurunya sedang latihan. Ya mungkin hanyalah sebuah latihan ringan, latihan teknik berpedang nya seorang diri. Julian sangat kagum melihat gurunya memainkan pedang dengan sangat handal, seolah pedang merupakan bagian dari hidup nya. wajahnya terlihat begitu menghayati permainan pedang nya.

Tidak lama kemudian gurunya berhenti memainkan pedang nya dan menarik nafas panjang tanda latihan nya sudah selesai.

Melihat itu julian langsung masuk keakademinya.

“Oh julian, kau sudah datang rupanya” ucap octavian ketika melihat julian datang. “Aku baru saja menyelesaikan latihanku”

“Ya aku sempat melihatmu memainkan pedang dengan sangat handal” balas julian.

“Kau melihatku latihan? Kupikir sudah tidak ada yang melihatku” ujar octavian sambil menghembuskan napas.

“Aku hanya melihatnya sekilas, hanya dibagian akhir” ucap julian.

“Baiklah, itu tidak penting. Mari kita berangkat ke gunung dan memburu monster” ucap octavian sambil memasang ekspresi sok bersemangat.

“Ajarkan aku teknik tadi” ucap julian singkat.

“Apa?”

“Ajarkan teknik yang sangat indah tadi, aku sangat kagum ketika melihatmu melakukan nya dengan sangat baik. Aku ingin mempelajarinya segera” ucap julian dengan serius.

“Aku pasti akan mengajarkan nya, karena aku adalah gurumu. Tapi tidak sekarang, apalagi dengan pedang yang sangat berat mu. Ini teknik tingkat tinggi dan juga sarana untuk menggunakan sihir great sword” ucap octavian.

“Sihir? Bukan nya akademi sihir ada? Mengapa harus menggunakan sihir?” tanya julian tidak mengerti apa gunanya sihir.

“Sihir itu sangat berguna. Hanya panglima yang bisa menggunakan sihir sedangkan akademi sihir diciptakan untuk menjadi suport sehingga mampu mengurangi jumlah korban jiwa meski mereka tidak sepenuhnya dapat menyelamatkan semua orang” jawab gurunya. “Apa kau tahu tempat akademi sihir?”

Julian menggeleng.

“Akademi sihir terletak di dasar jurang, mereka tidak pulang kerumah seperti kalian. Mereka terus disana dan latihan sihir dengan tekun. Itulah sebab nya akademi sihir hanya dibuka untuk anak berumur 16 tahun keatas, bahkan untuk mereka banyak yang keluar dari akademi itu karena tidak kuat dengan ujian ujian di akademi itu” ucap octavian menjelaskan.

“Apa yang membuat akademi sihir sangat keras dan menakutkan?” tanya julian.

Octavian tersenyum melihat murid nya yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. “Karena tempatnya yang sangat menekan mental dan mereka tidak pulang kerumah untuk bertemu orang tuanya. Rata rata dari mereka memiliki gangguan jiwa, dan itu tidak serta merta disembuhkan oleh seniornya” octavian menarik nafas sejenak. “Jika mereka lulus baru mereka akan disembuhkan dan memiliki sifat yang sangat tenang, bahkan ketika maut sudah didepan mata mereka akan tetap tenang dan mengelahkan musuh tak peduli seberapa terpojok mereka”

“Jika mereka sekuat itu kenapa kita harus juga belajar sihir?” tanya julian lagi.

“Kau mau bertambah kuat bukan?” tanya octavian kembali pada julian.

Julian mengangguk.

Octavian mengambil pedang nya. “Pedang ini bisa menjadi sangat ringan dan bisa juga menjadi sangat berat tergantung sihir apa yang kita gunakan dan untuk apa kita menggunakan sihir itu. Jika kita mau menggunakan untuk damage yang sangat tinggi pedang ini bisa menjadi sangat sangat berat setelah kita selesai mengucapkan mantra sihir” ujar julian.

“Guru...”

“Simpan pertanyaan mu untuk nanti, kita akan terlambat untuk berangkat ke gunung. Sebelum para monster diambil oleh akademi lain” potong octavian.

“Akademi lain juga berburu hari ini?” tanya julian.

Octavian mengangguk.

Kemudian mereka berangkat kegunung untuk memburu monster.

***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Masuk akademi part 4
Fiora berjalan sendirian dengan riang nya karena mendapatkan panah baru untuk berburu monster besok. Anak panahnya masih lah sangat terbatas, tidak seperti gurunya yang sudah tidak memerlukan anak panah. Gurunya sudah menguasai sihir anak panah tak terbatas, jadi ia tidak petlu repot repot membawa panah jika ia ingin menggunakan panah nya.

Tidak lama kemudian fiora sampai dirumah nya dan melihat ibunya sedang memasak di dapur. Aroma lezat yang keluar dari dapur membuat fiora ingin cepat cepat makan karena perut nya pun sudah meraung minta di isi dengan masakan lezat buatan ibu nya.

“Kakak belum pulang ya bu?” tanya fiora ketika ia tiba di dapur.

“Kakak mu sudah pulang dari tadi dan ia sedang tidur di kamarnya” jawab ibu nya.

“Tumben ia pulang sangat cepat” ucap fiora.

“Entahlah, tapi kakak mu terlihat sangat lelah. Ketika ia sampai rumah ia langsung tidur tanpa mengganti bajunya” kata ibu nya. “Dan ia membawa pedang yang sangat besar dan berat dan juga pakaian perang sederhana”

Pedang? Pakaian perang? Pikir fiora.

“Kamu pergilah kemeja makan, ibu hampir selesai” ucap ibu nya.

“Kakak tidak dibangun kan?” tanya fiora.

“Tidak perlu, ia terlihat sangat lelah. Biarkan ia istirahat” jawab ibunya.

“Baiklah”

Kemudian fiora pergi menuju kamar kakak nya sebentar sekedar hanya ingin melihat kakak nya. kakaknya tidur dengan sembarangnya, kakinya masih menyentuh lantai dan ia mungkin terlalu lelah untuk menaikan kakinya dari lantai.

“Kak, kau terlalu memaksakan diri” ujar fiora pelan ketika melihat kakaknya seperti itu.
Badan kakak nya masih kotor oleh debu dan keringat, bahkan kakak nya terlalu lelah untuk membersihkan badananya.

Lalu fiora mengangkat kaki kakak nya dari lantai dan membenarkan posisi tidur kakak nya. setelah itu fiora keluar dari kamar kakak nya dan pergi kemeja makan. Tepat saat ia duduk di meja makan ibunya membawakan masakan yang tadi ibunya masak.

“Mari makan”

Kemudian mereka makan dengan tenang tanpa percakapan sedikitpun.

Fiora membuka topik. “Apa ibu meninggalkan makanan untuk kakak jika kakak bangun?” tanya fiora.

“Tentu saja ibu meninggalkan makanan untuk kakak mu jika ditengah malam ia bangun. kalau ia tidak bangun mungkin ibu akan memakan nya saat hari mulai pagi” jawab ibu nya.

"Jika kakak bangun pagi dan ia lapar bagaimana? Sedangkan ibu sudah memakan makanan nya” tanya fiora lagi.

“Fiora anak mama, mama selalu bangun pagi untuk memasak sarapan kalian kan? Jika kakak bangun, ibu pasti sudah selesai memasak dan ia tinggal memakan masakan ibu yang baru matang. Dan yang pasti kamu masih terlelap tidur” jawab ibunya dengan lembut dan dengan senyuman tulusnya.

Fiora terlihat sudah mengerti dengan apa yang diucapkan ibunya dan melanjutkan makan. Setelah selesai makan, fiora membantu ibunya untuk membersihkan sisa makanan yang ada di meja sedangkan ibunya mencuci piring didapur. Mereka memang selalu bekerja sama untuk pekerjaan seperti ini, kakak nya membantu ibunya ketika makanan sedang dihidangkan sedangkan fiora membantu ibunya saat makanan sudah selesai dimakan. Fiora kecil hanya melakukan pekerjaan sederhana seperti mengelap meja dan membuang sisa makanan ke tempat sampah.

“Jika kau sudah selesai dengan tugasmu segeralah tidur, karena kau pasti lelah karena latihan setiap hari” ucap ibunya yang sedang ada didapur.

“Baiklah bu, aku hampir selesai” balas fiora. Lalu fiora mengangkat karung kecil berisi sisa makanan untuk dibuang di tempat pembuangan sampah dekat rumah nya. fiora berjalan keluar dan memakai sendalnya lalu berangkat ke tempat pembuangan sampah. Sesampainya disana ia langsung membuang sampah dan segera pulang. Dan saat ia berbalik ia bertemu dengan seseorang, ya itu tetangga nya rick.

“Hey, kau membuang sampah disini juga ya” ucap rick berbasa basi.

“Tentu saja, memang nya dimana lagi tempat pembuangan sampah terdekat dari rumah ku?” gurau fiora.

Rick tertawa kecil. “Ya, kau benar juga. Apa kita bisa berbicara lebih lama?” tanya rick.

“Maaf, tapi aku tidak bisa karena aku harus menyiapkan tenaga untuk besok” jawab fiora menolak ajakan rick untuk berbincang sebentar.

“Oh iya aku lupa, kau sekarang sudah menjadi archer termuda yang pernah ada” ucap rick melebih lebihkan.

“Aku sama sekali belum menjadi archer, aku hanyalah seorang murid di akademi pemanah” sanggah fiora.

"Tapi kau adalah murid termuda di akademi mu" puji rick.

"Ya memang sih... tapi kan aku sama sekali belum menjadi seorang archer" balas fiora merendah. 

sejenak suasana menjadi hening, tidak ada topik yang di bicarakan.

"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu" ucap fiora.

“Baiklah, sampai jumpa” ucap rick.

“Ya, sampai jumpa” balas fiora.

Dan kemudian mereka pulang kerumah nya masing masing.

Sesampainya fiora di rumah ia langsung bilang kepada ibunya kalau ia sudah menyelesaikan tugasnya dan segera kekamar. Setelah ibunya mengizinkan ia langsung masuk ke kamarnya. Ia tidak benar benar ingin tidur, ia ingin membaca buku yang dibelinya 3 hari yang lalu. Ia selalu melakukan nya saat sebelum tidur sampai ia ketiduran dan membiarkan buku itu menempel diwajah nya. dan saat pagi hari, buku itu sudah kembali tersusun rapi dirak nya. tentu saja ibu nya lah yang menindahkan buku itu.
***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^


Masuk akademi part 3
2 minggu telah berlalu, julian mulai terbiasa dengan pedang nya. selama 2 minggu terakhir ini julian selalu berlatih dengan pedang nya, mulai dari push up sampai lari menanjak gunung. Ia selalu ditemani oleh pedang nya. dan sekarang ia sudah bisa berburu dengan pedang nya yang sangat besar itu.

“Bagaimana? Sudah terbiasa dengan pedang itu?” tanya octavian.

“Ya, lumayan. Walau saat pertama badan terasa sakit semua” jawab julian.

“Itu wajar, karena kau terlalu cepat untuk memegang pedang itu. Harus nya kau latihan fisik selama 3 bulan agar kau bisa memegang pedang itu. Aku sengaja mempercepatnya karena besok kita akan belajar memburu monster, benar benar monster. Tapi hanya monster kecil dan jangan remehkan mereka, walau mereka masuk kelas monster kecil bukan berarti ukuran tubuh mereka kecil. Tidak semua, tapi ada juga yang kecil” ucap octavian memberitahu julian tentang praktek besok.

“Apa aku benar benar akan bertemu dengan monster? Apa maksudmu dengan ‘tidak semua, tapi ada juga yang kecil?” tanya julian tidak percaya dan tidak mengerti.

“Satu, ya kau akan benar benar merasakan gulat yang sebenarnya dengan monster sungguhan, bukan dengan hewan liar” jawab octavian. “Dua, maksudku monster berkategori kecil bukanlah soal ukuran badan, tapi kekuatan. Jadi monster berkategori kecil ada yang memiliki ukuran tubuh yang besar dan kecil. Mereka bervariasi”

“Oh, begitu rupanya” ucap julian mengerti.

“Baiklah, sekarang kamu boleh pulang” ujar gurunya.

“Tapikan sekarang masih sore, mataharipun belum tenggelam” ucap julian menolak ucapan gurunya.

“Kau pasti perlu kekuatan ekstra untuk latihan besok, dan kita akan hidup di alam bebas selama beberapa hari sampai kau bisa membunuh 10 monster dan jangan lupa untuk mengambil apapun yang ada di tubuh monster itu, karena kebanyakan dari kereka memiliki bahan bahan yang sangat berguna untuk dibuat peralatan perang” ucap gurunya memberitahu julian kalau ia benar benar harus harus beristirahat untuk besok.

“Baiklah, aku pulang” ucap julian. Sesampainya dirumah julian langsung tidur terlelap tanpa makan malam.
***
“Fiora ini untuk mu” ucap gurunya fiora.

“Apa ini?”tanya fiora.

“Buka saja”

Kemudian fiora membuka bungkusan yang diberikan gurunya. Fiora terkejut saat melihat apa yang diberikan gurunya.

“Apa ini serius? Busur ini untukku?” tanya fiora meyakinkan.

“Tentu saja, dan besok kita akan latihan di gunung, kita akan latihan memburu monster. Aku akan membantumu” jawab gurunya.

“Latihan di gunung lagi? Asik! Itu adalah latihan yang sangat menyenangkan” ucap fiora gembira.

“Tapi bagaimana dengan ricky dan auren? Mereka tidak mendapatkan senjata sepertiku?” tanya fiora lagi.

“Tentu saja mereka sudah mendapatkan nya lebih dulu, saat kau sakit beberapa hati itu. Mereka sudah mendapatkan nya, dan besok kita akan berburu monster bersama” jawab guru fiora.

“Kenapa guru tidak menitipkan ini pada mereka?” tanya fiora sedikit kesal.

Serentak semuanya tertawa.

Fiora makin cemberut karena di tertawakan oleh taman nya.

“Lebih baik kalian segera pulang dan istirahat untuk besok” ucap gurunya menyarankan agar murid nya segera pulang.

Mereka mengangguk dan segera pulang.

Dijalan fiora dan 2 teman nya membicarakan banyak hal, dari membayangkan bagaimana monster yang akan mereka buru sampai mereka membayangkan betapa kuat nya mereka ketika melawan monster monster itu.

“Fiora kau mau makan bersama kami? Kira belum pernah makan bersama. Apa kau mau?” ajak ricky. Karena selama ini setelah mereka latihan mereka langsung pulang kerumah mereka masing masing tanpa berkumpul bersama.

“Aku mau, tapi ibuku pasti sudah masak di rumah jadi aku akan merasa bersalah jika aku tidak memakan masakannya. Maaf aku tidak bisa ikut bersama kalian” jawab fiora. Fiora masih berumur 10 tahun adalah hal yang wajar jika ia menolak ajakan teman nya. umur teman nya setara dengan kakak nya, 14 tahun.

“Oh, baiklah aku mengerti” ucap ricky. “Andai saja orangtua ku masih hidup, pasti aku juga akan makan dirumah”

“Maaf, bukan maksudku...”

“Tidak, ini bukan kesalahan mu. Aku hanya mengenang mereka yang meninggal dengan gagah berani meski jasad ayahku sampai sekarang masih belum ditemukan. Jasad nya hilang begitu saja” sanggah ricky.

“Fiora, kau lebih baik segera pulang sebelum hari benar benar gelap” ujar auren.

“Baiklah, aku pulang duluan ya” pamit fiora.

Ricky dan auren mengangguk.

Kemudian fiora berlari dengan panah ditangannya.

“Kalau begitu, kita hanya makan berdua lagi” ucap ricky.

“Ya, bagaimana lagi. Kita tidak bisa memaksa dia. Dia anak yang baik dan juga berbakat, diumur nya yang masih muda ia bisa menyetarai kita dan lolos ujian masuk meski sebenarnya umurnya dilarang oleh akademi. Tapi ia bisa membuktikan kalau ia bisa mengikuti semua kegiatan yang ada di akademi” ujar auren.

"Ya, kau benar" ucap ricky. “Ayo kita makan bersama” ajak ricky.

Auren tersenyum dan mengangguk setuju.
***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home