Rifqi Fadhlullah's

Portfolio
pemburuan monster part 2
Julian berangkat dengan gurunya, hanya berdua. Karena akademi itu hanya julian peminat nya. Mereka mendaki gunung dan sesekali beristirahat untuk minum kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

Ditengah jalan gurunya berhenti.
“Ada apa?” tanya julian.

“Sebelum kita mencoba untuk melawan monster yang paling atas, lebih baik kita melawan monster monster kecil yang ada disana” ucap octavian sambil menunjukan jarinya kearah semak semak.

“Monster ap..” belum sempat julian menyelesaikan ucapan nya, seekor babi hutan yang sama besar nya dengan julian tiba tiba keluar dari semak.

Wajah julian memucat. Yang benar saja gerutu julian dalam hati. Babi hutan adalah hewan yang paling ia takuti.

“Kalau kau belum bisa menandingi ketakutan mu kau tidak akan bisa maju. Apa lagi diatas terdapat monster yang tidak terbatas besar dan jumlah nya” ujar octavian dan kemudian berjalan menjauh dan membiarkan julian berduel dengan babi hutan itu.

“Guru, yang benar saja” gerutu julian lagi.
Octavian mengangkat bahu dengan cuek sambil duduk di atas batu menandakan kalau ia tidak mau tahu.

Julian menelan ludah nya. kakinya gemetar, keringat dingin mulai bercucuran dari kepalanya, pikiran nya kacau, ia tidak bisa bergerak, bahkan hanya untuk mengambil pedang nya.

“Berhentilah bergetar seperti anak kecil, fokus, dan kalahkan ketakutan mu. Anggap saja babi itu adalah hewan yang membunuh ayahmu” ucap octavian mulai tegas.

Ayah ucap julian dalam hati. Amarah julian bangkit, akhirnya julian kembali stabil dan mulai mengambil pedang nya yang ada di punggung nya dan langsung mengacungkan pedang nya. “Majulah babi sialan!” gertak julian.

Babi hutan itu mulai berlari menyerang julian.

Julian pun berlari untuk menyerang babi hutan itu. Saat jarak antara keduanya sudah mulai dekat, julian melompat dan menebas ekor babi hutan itu.

Babi hutan itu meraung kesakitan karena ekornya dipotong.

Julian kaget, bagaimana ia bisa mengayunkan pedang nya dengan sangat mudah.

“Kuncinya adalah tekat” teriak gurunya dari jauh.

Tekat, ya tekat! Teriak julian dalam hati dengan semangat.

Babi hutan itu mulai berlari dengan sangat marah karena kehilangan ekor nya.

Julian menacungkan pedang nya lagi. Dan berlari untuk menghabiskan babi hutan itu. Dengan segenap keahlian dan teknik yang sudah ia pelajari dari gurunya. Ia mencabik, memotong sedikit demi sedikit bagian tubuh babi hutan itu. Julian melompat mundur untuk mengambil napas sejenak.

Babi itu sudah berlumuran darah, taring babi hutan itu sudah terpotong keduanya, kaki babi hutan itu sudah gemetar karena kesakitan. Tapi babi hutan itu tidak menyerah, ia berlari lagi bersiap menyeruduk julian.

Babi hutan ini sangat keras kepala gerutu julian mulai jengkel. Julian juga berlari untuk mengakhiri pertarungan melawan babi hutan yang keras kepala ini.

Sriinggg...


Julian berhasil membelah dua babi hutan itu.

Kemudian babi hutan itu berubah menjadi debu.

“Kenapa...”

“Itulah bounty” potong gurunya. “Yang kau lawan itu bukanlah babi hutan biasa, tapi merupakan monster, dan ketika monster mati karena dibunuh ia akan meninggalkan berlian yang dapat dijual ditempat penukaran. Itulah sebabnya ada orang yang bekerja hanya pergi kehutan dan pulang membawa uang” ucap octavian menjelaskan.

“Tapi kenapa berubah jadi abu?” tanya julian.

“Karena monster itu tidak ada, tapi mereka diciptakan sejak dahulu kala untuk membunuh para pahlawan dan calon pahlawan. Tapi seiring berjalan nya waktu, monster monster itu digunakan untuk menjadi tolak ukur dan menjadi bahan jarahan” jawab julian.

Julian berbalik dan mencari berlian yang dimaksud oleh gurunya. Dan ia menemukan sesuatu yang berkilau dan ia mengambil nya dan berbalik menatap gurunya. “Apa ini berlian yang guru maksud?” tanya julian.

Gurunya mengangguk.

Julian tersenyum. “Yey!! Aku bisa menghasilkan uang dengan ini!!!” teriak julian senang.

“Tapi jumlah itu tidak seberapa, mungkin hanya dapat membeli 2 buah kentang mentah” ucap octavian.

“Berarti para bounty hunter harus membunuh banyak sekali monster untuk mendapatkan uang” ucap julian menyimpulkan.

“Ya tepat sekali. Makanya mereka hanya pergi untuk bounty seminggu sekali atau 3 kali. Karena berburu monster itu tidak semudah memburu hewan, perlu keahlian dan keberuntungan yang tinggi. Jika tidak maka ia akan mati karena dikepung oleh monster monster yang disekitar nya” ujar octavian membenarkan ucapan julian.

“Oh iya, bagaimana aksiku tadi melawan babi hutan?” tanya julian meminta pendapat gurunya tentang aksi pertamanya.

“Kau masih perlu mengendalikan dirimu. Kau tahu kau hampir mati kalau kau tidak segera sadar dan membunuh babi hutan itu. Soal teknik itu bagus, dan aku tadi melihat sesuatu yang sangat luar biasa” ucap gurunya.

“Luar biasa? Apa yang luar biasa?” tanya julian tidak mengerti dengan yang diucapkan gurunya,

“Itu tidak penting, mari kita melanjutkan perjalanan” ucap octavian yang tidak jadi memberi tahu apa yang ‘luar biasa’ yang ia lihat.

“Kau selalu saja berbicara tidak lengkap, pada akhirnya aku menyimpulkan sendiri dan tidak tahu kenyataan nya” gerutu julian.

Octavian tertawa dengan keras.

“Baiklah, jika kita sudah selesai istirahat kita akan lanjutkan lagi perjalanan” ucap octavian.

“Aku sama sekali belum minum” ujar julian.

Kemudian mereka istirahat sebentar lalu pergi untuk melanjutkan perjalanan.
***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Pemburuan monster part 1
Julian bangun karena rasakan ada aroma lezat yang lewat di hidunganya, ia memaksakan dirinya untuk bangun, sebenarnya ia sangat malas untuk bangun dari kasur nya karena ia sangat lelah karena latihan yang begitu keras. Tapi karena perut nya yang terus memaksa julian bangun akhirnya ia bangun dan kedapur untuk melihat apa yang sedang dimasak ibu nya.

“Bu, sedang masak apa?” tanya julian sesampai nya di dapur.

“Oh, julian. Kau sudah bangun rupanya” ujar ibunya saat melihat anak tertuanya bangun. “Apa tidurmu nyenyak? Apa tubuhmu merasa bugar?”

Ibunya langsung menghujani nya dengan pertanyaan. “Lumayan, aku tidak merasa kalau aku sudah tidur lebih dari 12 jam. Kurasa aku sedang berhibernasi semalam” gurau julian. “Dan badanku tidak begitu bugar, banyak bagian tubuhku yang sakit. Tapi tidak apa apa aku masih bisa bergerak”

“Mandilah dengan air dingin agar tubuhmu lebih bugar” ucap ibunya.

Julian mengangguk dan pergi mandi. Julian mandi cukup lama karena ia sangat kotor dan membiarkan tubuhnya kotor selama lebih dari 12 jam. Alhasil ia harus berlama lama dengan dingin nya air untuk membersihkan badan nya. setelah selesai mandi julian langsung menuju meja makan. Dan disana sudah ada ibu dan fiora yang menunggunya untuk makan.

“Kakak lama sekali mandinya” ujar fiora.

“Kakak, sangat kotor itulah sebabnya kakak mandi sangat lama” balas julian.

“Julian bergegaslah, adikmu sudah menunggumu untuk makan” ucap ibunya memperingati agar julian segera bergegas.

“Baiklah bu, aku ingin berpakaian dulu” ucap julian. Kemudian ia pergi kekamarnya dan memakai pakaian rumah nya dan segera ke meja makan untuk makan.

Kemudian mereka makan bersama sebelum mereka pergi ketempat mereka akan beraktivitas sehari hari. Julian dan fiora ke akademi mereka masing masing sedangkan ibunya pergi ketoko untuk bekerja.
***
Ketika julian sampai di akademi julian sempat mengintip gurunya sedang latihan. Ya mungkin hanyalah sebuah latihan ringan, latihan teknik berpedang nya seorang diri. Julian sangat kagum melihat gurunya memainkan pedang dengan sangat handal, seolah pedang merupakan bagian dari hidup nya. wajahnya terlihat begitu menghayati permainan pedang nya.

Tidak lama kemudian gurunya berhenti memainkan pedang nya dan menarik nafas panjang tanda latihan nya sudah selesai.

Melihat itu julian langsung masuk keakademinya.

“Oh julian, kau sudah datang rupanya” ucap octavian ketika melihat julian datang. “Aku baru saja menyelesaikan latihanku”

“Ya aku sempat melihatmu memainkan pedang dengan sangat handal” balas julian.

“Kau melihatku latihan? Kupikir sudah tidak ada yang melihatku” ujar octavian sambil menghembuskan napas.

“Aku hanya melihatnya sekilas, hanya dibagian akhir” ucap julian.

“Baiklah, itu tidak penting. Mari kita berangkat ke gunung dan memburu monster” ucap octavian sambil memasang ekspresi sok bersemangat.

“Ajarkan aku teknik tadi” ucap julian singkat.

“Apa?”

“Ajarkan teknik yang sangat indah tadi, aku sangat kagum ketika melihatmu melakukan nya dengan sangat baik. Aku ingin mempelajarinya segera” ucap julian dengan serius.

“Aku pasti akan mengajarkan nya, karena aku adalah gurumu. Tapi tidak sekarang, apalagi dengan pedang yang sangat berat mu. Ini teknik tingkat tinggi dan juga sarana untuk menggunakan sihir great sword” ucap octavian.

“Sihir? Bukan nya akademi sihir ada? Mengapa harus menggunakan sihir?” tanya julian tidak mengerti apa gunanya sihir.

“Sihir itu sangat berguna. Hanya panglima yang bisa menggunakan sihir sedangkan akademi sihir diciptakan untuk menjadi suport sehingga mampu mengurangi jumlah korban jiwa meski mereka tidak sepenuhnya dapat menyelamatkan semua orang” jawab gurunya. “Apa kau tahu tempat akademi sihir?”

Julian menggeleng.

“Akademi sihir terletak di dasar jurang, mereka tidak pulang kerumah seperti kalian. Mereka terus disana dan latihan sihir dengan tekun. Itulah sebab nya akademi sihir hanya dibuka untuk anak berumur 16 tahun keatas, bahkan untuk mereka banyak yang keluar dari akademi itu karena tidak kuat dengan ujian ujian di akademi itu” ucap octavian menjelaskan.

“Apa yang membuat akademi sihir sangat keras dan menakutkan?” tanya julian.

Octavian tersenyum melihat murid nya yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. “Karena tempatnya yang sangat menekan mental dan mereka tidak pulang kerumah untuk bertemu orang tuanya. Rata rata dari mereka memiliki gangguan jiwa, dan itu tidak serta merta disembuhkan oleh seniornya” octavian menarik nafas sejenak. “Jika mereka lulus baru mereka akan disembuhkan dan memiliki sifat yang sangat tenang, bahkan ketika maut sudah didepan mata mereka akan tetap tenang dan mengelahkan musuh tak peduli seberapa terpojok mereka”

“Jika mereka sekuat itu kenapa kita harus juga belajar sihir?” tanya julian lagi.

“Kau mau bertambah kuat bukan?” tanya octavian kembali pada julian.

Julian mengangguk.

Octavian mengambil pedang nya. “Pedang ini bisa menjadi sangat ringan dan bisa juga menjadi sangat berat tergantung sihir apa yang kita gunakan dan untuk apa kita menggunakan sihir itu. Jika kita mau menggunakan untuk damage yang sangat tinggi pedang ini bisa menjadi sangat sangat berat setelah kita selesai mengucapkan mantra sihir” ujar julian.

“Guru...”

“Simpan pertanyaan mu untuk nanti, kita akan terlambat untuk berangkat ke gunung. Sebelum para monster diambil oleh akademi lain” potong octavian.

“Akademi lain juga berburu hari ini?” tanya julian.

Octavian mengangguk.

Kemudian mereka berangkat kegunung untuk memburu monster.

***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Masuk akademi part 4
Fiora berjalan sendirian dengan riang nya karena mendapatkan panah baru untuk berburu monster besok. Anak panahnya masih lah sangat terbatas, tidak seperti gurunya yang sudah tidak memerlukan anak panah. Gurunya sudah menguasai sihir anak panah tak terbatas, jadi ia tidak petlu repot repot membawa panah jika ia ingin menggunakan panah nya.

Tidak lama kemudian fiora sampai dirumah nya dan melihat ibunya sedang memasak di dapur. Aroma lezat yang keluar dari dapur membuat fiora ingin cepat cepat makan karena perut nya pun sudah meraung minta di isi dengan masakan lezat buatan ibu nya.

“Kakak belum pulang ya bu?” tanya fiora ketika ia tiba di dapur.

“Kakak mu sudah pulang dari tadi dan ia sedang tidur di kamarnya” jawab ibu nya.

“Tumben ia pulang sangat cepat” ucap fiora.

“Entahlah, tapi kakak mu terlihat sangat lelah. Ketika ia sampai rumah ia langsung tidur tanpa mengganti bajunya” kata ibu nya. “Dan ia membawa pedang yang sangat besar dan berat dan juga pakaian perang sederhana”

Pedang? Pakaian perang? Pikir fiora.

“Kamu pergilah kemeja makan, ibu hampir selesai” ucap ibu nya.

“Kakak tidak dibangun kan?” tanya fiora.

“Tidak perlu, ia terlihat sangat lelah. Biarkan ia istirahat” jawab ibunya.

“Baiklah”

Kemudian fiora pergi menuju kamar kakak nya sebentar sekedar hanya ingin melihat kakak nya. kakaknya tidur dengan sembarangnya, kakinya masih menyentuh lantai dan ia mungkin terlalu lelah untuk menaikan kakinya dari lantai.

“Kak, kau terlalu memaksakan diri” ujar fiora pelan ketika melihat kakaknya seperti itu.
Badan kakak nya masih kotor oleh debu dan keringat, bahkan kakak nya terlalu lelah untuk membersihkan badananya.

Lalu fiora mengangkat kaki kakak nya dari lantai dan membenarkan posisi tidur kakak nya. setelah itu fiora keluar dari kamar kakak nya dan pergi kemeja makan. Tepat saat ia duduk di meja makan ibunya membawakan masakan yang tadi ibunya masak.

“Mari makan”

Kemudian mereka makan dengan tenang tanpa percakapan sedikitpun.

Fiora membuka topik. “Apa ibu meninggalkan makanan untuk kakak jika kakak bangun?” tanya fiora.

“Tentu saja ibu meninggalkan makanan untuk kakak mu jika ditengah malam ia bangun. kalau ia tidak bangun mungkin ibu akan memakan nya saat hari mulai pagi” jawab ibu nya.

"Jika kakak bangun pagi dan ia lapar bagaimana? Sedangkan ibu sudah memakan makanan nya” tanya fiora lagi.

“Fiora anak mama, mama selalu bangun pagi untuk memasak sarapan kalian kan? Jika kakak bangun, ibu pasti sudah selesai memasak dan ia tinggal memakan masakan ibu yang baru matang. Dan yang pasti kamu masih terlelap tidur” jawab ibunya dengan lembut dan dengan senyuman tulusnya.

Fiora terlihat sudah mengerti dengan apa yang diucapkan ibunya dan melanjutkan makan. Setelah selesai makan, fiora membantu ibunya untuk membersihkan sisa makanan yang ada di meja sedangkan ibunya mencuci piring didapur. Mereka memang selalu bekerja sama untuk pekerjaan seperti ini, kakak nya membantu ibunya ketika makanan sedang dihidangkan sedangkan fiora membantu ibunya saat makanan sudah selesai dimakan. Fiora kecil hanya melakukan pekerjaan sederhana seperti mengelap meja dan membuang sisa makanan ke tempat sampah.

“Jika kau sudah selesai dengan tugasmu segeralah tidur, karena kau pasti lelah karena latihan setiap hari” ucap ibunya yang sedang ada didapur.

“Baiklah bu, aku hampir selesai” balas fiora. Lalu fiora mengangkat karung kecil berisi sisa makanan untuk dibuang di tempat pembuangan sampah dekat rumah nya. fiora berjalan keluar dan memakai sendalnya lalu berangkat ke tempat pembuangan sampah. Sesampainya disana ia langsung membuang sampah dan segera pulang. Dan saat ia berbalik ia bertemu dengan seseorang, ya itu tetangga nya rick.

“Hey, kau membuang sampah disini juga ya” ucap rick berbasa basi.

“Tentu saja, memang nya dimana lagi tempat pembuangan sampah terdekat dari rumah ku?” gurau fiora.

Rick tertawa kecil. “Ya, kau benar juga. Apa kita bisa berbicara lebih lama?” tanya rick.

“Maaf, tapi aku tidak bisa karena aku harus menyiapkan tenaga untuk besok” jawab fiora menolak ajakan rick untuk berbincang sebentar.

“Oh iya aku lupa, kau sekarang sudah menjadi archer termuda yang pernah ada” ucap rick melebih lebihkan.

“Aku sama sekali belum menjadi archer, aku hanyalah seorang murid di akademi pemanah” sanggah fiora.

"Tapi kau adalah murid termuda di akademi mu" puji rick.

"Ya memang sih... tapi kan aku sama sekali belum menjadi seorang archer" balas fiora merendah. 

sejenak suasana menjadi hening, tidak ada topik yang di bicarakan.

"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu" ucap fiora.

“Baiklah, sampai jumpa” ucap rick.

“Ya, sampai jumpa” balas fiora.

Dan kemudian mereka pulang kerumah nya masing masing.

Sesampainya fiora di rumah ia langsung bilang kepada ibunya kalau ia sudah menyelesaikan tugasnya dan segera kekamar. Setelah ibunya mengizinkan ia langsung masuk ke kamarnya. Ia tidak benar benar ingin tidur, ia ingin membaca buku yang dibelinya 3 hari yang lalu. Ia selalu melakukan nya saat sebelum tidur sampai ia ketiduran dan membiarkan buku itu menempel diwajah nya. dan saat pagi hari, buku itu sudah kembali tersusun rapi dirak nya. tentu saja ibu nya lah yang menindahkan buku itu.
***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^


Masuk akademi part 3
2 minggu telah berlalu, julian mulai terbiasa dengan pedang nya. selama 2 minggu terakhir ini julian selalu berlatih dengan pedang nya, mulai dari push up sampai lari menanjak gunung. Ia selalu ditemani oleh pedang nya. dan sekarang ia sudah bisa berburu dengan pedang nya yang sangat besar itu.

“Bagaimana? Sudah terbiasa dengan pedang itu?” tanya octavian.

“Ya, lumayan. Walau saat pertama badan terasa sakit semua” jawab julian.

“Itu wajar, karena kau terlalu cepat untuk memegang pedang itu. Harus nya kau latihan fisik selama 3 bulan agar kau bisa memegang pedang itu. Aku sengaja mempercepatnya karena besok kita akan belajar memburu monster, benar benar monster. Tapi hanya monster kecil dan jangan remehkan mereka, walau mereka masuk kelas monster kecil bukan berarti ukuran tubuh mereka kecil. Tidak semua, tapi ada juga yang kecil” ucap octavian memberitahu julian tentang praktek besok.

“Apa aku benar benar akan bertemu dengan monster? Apa maksudmu dengan ‘tidak semua, tapi ada juga yang kecil?” tanya julian tidak percaya dan tidak mengerti.

“Satu, ya kau akan benar benar merasakan gulat yang sebenarnya dengan monster sungguhan, bukan dengan hewan liar” jawab octavian. “Dua, maksudku monster berkategori kecil bukanlah soal ukuran badan, tapi kekuatan. Jadi monster berkategori kecil ada yang memiliki ukuran tubuh yang besar dan kecil. Mereka bervariasi”

“Oh, begitu rupanya” ucap julian mengerti.

“Baiklah, sekarang kamu boleh pulang” ujar gurunya.

“Tapikan sekarang masih sore, mataharipun belum tenggelam” ucap julian menolak ucapan gurunya.

“Kau pasti perlu kekuatan ekstra untuk latihan besok, dan kita akan hidup di alam bebas selama beberapa hari sampai kau bisa membunuh 10 monster dan jangan lupa untuk mengambil apapun yang ada di tubuh monster itu, karena kebanyakan dari kereka memiliki bahan bahan yang sangat berguna untuk dibuat peralatan perang” ucap gurunya memberitahu julian kalau ia benar benar harus harus beristirahat untuk besok.

“Baiklah, aku pulang” ucap julian. Sesampainya dirumah julian langsung tidur terlelap tanpa makan malam.
***
“Fiora ini untuk mu” ucap gurunya fiora.

“Apa ini?”tanya fiora.

“Buka saja”

Kemudian fiora membuka bungkusan yang diberikan gurunya. Fiora terkejut saat melihat apa yang diberikan gurunya.

“Apa ini serius? Busur ini untukku?” tanya fiora meyakinkan.

“Tentu saja, dan besok kita akan latihan di gunung, kita akan latihan memburu monster. Aku akan membantumu” jawab gurunya.

“Latihan di gunung lagi? Asik! Itu adalah latihan yang sangat menyenangkan” ucap fiora gembira.

“Tapi bagaimana dengan ricky dan auren? Mereka tidak mendapatkan senjata sepertiku?” tanya fiora lagi.

“Tentu saja mereka sudah mendapatkan nya lebih dulu, saat kau sakit beberapa hati itu. Mereka sudah mendapatkan nya, dan besok kita akan berburu monster bersama” jawab guru fiora.

“Kenapa guru tidak menitipkan ini pada mereka?” tanya fiora sedikit kesal.

Serentak semuanya tertawa.

Fiora makin cemberut karena di tertawakan oleh taman nya.

“Lebih baik kalian segera pulang dan istirahat untuk besok” ucap gurunya menyarankan agar murid nya segera pulang.

Mereka mengangguk dan segera pulang.

Dijalan fiora dan 2 teman nya membicarakan banyak hal, dari membayangkan bagaimana monster yang akan mereka buru sampai mereka membayangkan betapa kuat nya mereka ketika melawan monster monster itu.

“Fiora kau mau makan bersama kami? Kira belum pernah makan bersama. Apa kau mau?” ajak ricky. Karena selama ini setelah mereka latihan mereka langsung pulang kerumah mereka masing masing tanpa berkumpul bersama.

“Aku mau, tapi ibuku pasti sudah masak di rumah jadi aku akan merasa bersalah jika aku tidak memakan masakannya. Maaf aku tidak bisa ikut bersama kalian” jawab fiora. Fiora masih berumur 10 tahun adalah hal yang wajar jika ia menolak ajakan teman nya. umur teman nya setara dengan kakak nya, 14 tahun.

“Oh, baiklah aku mengerti” ucap ricky. “Andai saja orangtua ku masih hidup, pasti aku juga akan makan dirumah”

“Maaf, bukan maksudku...”

“Tidak, ini bukan kesalahan mu. Aku hanya mengenang mereka yang meninggal dengan gagah berani meski jasad ayahku sampai sekarang masih belum ditemukan. Jasad nya hilang begitu saja” sanggah ricky.

“Fiora, kau lebih baik segera pulang sebelum hari benar benar gelap” ujar auren.

“Baiklah, aku pulang duluan ya” pamit fiora.

Ricky dan auren mengangguk.

Kemudian fiora berlari dengan panah ditangannya.

“Kalau begitu, kita hanya makan berdua lagi” ucap ricky.

“Ya, bagaimana lagi. Kita tidak bisa memaksa dia. Dia anak yang baik dan juga berbakat, diumur nya yang masih muda ia bisa menyetarai kita dan lolos ujian masuk meski sebenarnya umurnya dilarang oleh akademi. Tapi ia bisa membuktikan kalau ia bisa mengikuti semua kegiatan yang ada di akademi” ujar auren.

"Ya, kau benar" ucap ricky. “Ayo kita makan bersama” ajak ricky.

Auren tersenyum dan mengangguk setuju.
***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Masuk akademi part 2
Hari itu julian latihan seperti biasanya dan pulang malam hari. Hari ini ia pulang agak cepat karena besok ada pelatihan khusus untuk nya. Untuk pertama kalinya ia mendaptkan pelatihan yang berbeda dan yang jelas pasti akan lebih keras dan sulit. Mungkin karena alasan itu ia di pulangkan lebih cepat agar dapat beristirahat.

Saat ia pulang ia mencium aroma yang sangat harum dari rumah nya, tentu saja ibu nya sedang memasak dirumah.

“Aku pulang” ucap julian saat ia masuk kerumah nya.

“Oh, ternyata kau julian. Tumben sekali kau pulang lebih cepat mungkin kau akan mendapat pelatihan khusus juga seperti adikmu” ucap ibu julian.

“Fiora mendapat pelatihan khusus? Latihan seperti apa?” tanya julian.

“Ia diberi tahu kalau besok ia akan latihan memanah langsung ke target yang bergerak, dengan kata lain besok fiora akan belajar memburu” jawab ibunya.

“Benarkah?” ucap julian tidak yakin.

“Memang nya kamu tidak diberi tahu soal latihan khususmu? Kata adikmu, hampir setiap akademi akan menjalani latihan ini” ucap ibunya.

Yang benar saja!? Aku saja belum tahu bagaimana cara memegang pedang dengan benar.

“Guruku tidak memberitahuku apa apa” kata julian.

“Mungkin saja kau akan melakukan latihan khususmu minggu depan atau minggu depan lagi” balas ibu nya.

“Ya, mungkin saja” ucap julian pelan.

“Yasudah, kau duduk sana dimeja makan. Kita makan bersama” ujar ibunya.

Julian segera pergi menuju meja makan yang disana sudah ada adik nya dengan ekspresi cerianya. lalu Julian duduk didepan adiknya.

“Kak, apa kakak tahu kalau aku besok akan mulai belajar memburu?” tanya fiora dengan sangat senang.

“Ya, kakak tahu. Kakak baru saja diberi tahukan oleh ibu” jawab julian.

“Ibu selalu saja memberitahu kak julian dulu sebelum aku sempat memberitahu mu” gerutu fiora sedikit jengkel.

Julian tertawa melihat ekspresi kekanakan dari adik nya. “Kau memang sama sekali belum berubah, padahal kau adalah calon pemanah hebat” ucap kakak nya untuk menghibur adiknya.

“Aku saja belum pernah berburu monster, dengan gerakan dan kecepatan yang aku tidak tahu. Betapa kerasnya kulit monster monster itu, seberapa tajam gigi gigi monster itu, dan seberapa akurat dan kuat panahan ku untuk menembusa kulit monster itu” sanggah fiora.

“Tentu saja, itulah tujuan belajar berburu. Agar kau bisa berburu dan melawan monster monster itu” balas kakak nya.

Kemudian ibu mereka datang sambil membawa makanan. “Julian bantu ibu untuk membawa makanan yang lain kemeja makan” ucap ibunya.

“Baik bu” ucap julian.

Dan kemudian mereka makan bersama dimeja makan, dengan kesederhanaan yang luar biasa tapi tidak mengurangi keakraban mereka sebagai keluarga kecil.
***
Keesokan harinya julian berangkat ke akademinya, sesampainya disana ia melihat gurunya sedang memasang baju zirah nya. Baju zirah yang menunjukan kalau dia adalah seorang panglima perang yang sangat kuat. Baju besi full armor yang pastinya sangatlah berat.

“Oh, kau sudah sampai rupanya kau bisa mengambil pedang yang disana dan jangan lupa paki juga pakaian zirahmu” ucap octavian.

Disana ada sebilah pedang besar yang biasa saja tidak begitu bagus dan tidak begitu jelek dan juga armor yang sangat sederhana, hanya ada pelindung dada dan bahu. Jauh berbeda dengan gurunya yang menggunakan pakaian perang yang lengkap.

“Kita sekarang akan belajar bagaimana cara memegang pedang yang sangat besar ini dengan benar, mungkin ini akan sangat sulit bagimu karena ini merupakan latihan pertamamu menggunakan pedang” ucap octavian.

Julian mencoba mengangkat pedang itu. Ini berat sekali. Kemudian julian menjatuhkan pedang nya.

“Kukira kau sudah bisa mengangkat pedang itu, itu hanya seberat 20kg” ucap octavian. “dan karena itu cukup panjang mungkin itu yang menbuat pedang itu terasa sangat berat”

Ya mungkin saja begitu. Gerutunya didalam hati.

Julian mencoba mengangkatnya lagi dan berusaha sebisa mungkin untuk menahan adar pedang itu tetap berada digenggamannya.

“Ekspresimu berlebihan” ujar oktavian. “coba pegang pedangku”

Julian menerima pedang nya. tidak begitu berat, bagaimana bisa? Ia bertanya tanya dalam hati.

“Kau pasti bingung kenapa pedangku tidak seberat pedang mu” tebak octavian. “tentu saja sangat berbeda karena bahan dari pedang ini merupakan pemberian almarhum temanku saat ia sedang dalam sebuah misi yang sangat berbahaya, dan dia pulang memberiku sebuah bongkahan besi yang sangat besar dan juga sangat ringan. Kau pasti bertanya tanya bagaimana bisa bongkahan besar besi bisa begitu ringan, itu karena besi itu didapat dari dalam empedu naga api yang sangat besar”

“Bagaimana sebongkah besi sampai di empedu seekor naga?” tanya julian bingung.

octavian mengangkat bahu nya. “Entahlah, mungkin naga itu memproduksi besi di empedunya” jawab octavian ringan. "Baiklah, kita mulai latihan kita"

Kemudian mereka memulai latihan mereka.
***
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^

Masuk akademi part 1
Julian dan fiora adalah seorang kakak beradik yang sedang memasuki akademi militer kerajaan Lucidum. Mereka memilih peminatan nya sendiri. Julian memilih great sword, jarang sekali yang memilih ini karena pedang ini memiliki berat yang sngat tidak wajar di banding dengan pedang biasanya. Tapi, pedang ini memiliki damage yang sangat besar. Musuh bertameng pun dapat dihempaskan nya karena kekuatan pedang yang sangat tinggi.

Sedangkan adik nya memilih untuk menjadi archer karena ia memang sangat menyukai panahan. Bahkan saat ia masih kecil, ia sering di ajarkan memanah oleh almarhum ayahnya sebelum ayah nya gugur di pertempuran dengan gagah berani.

Akademi mereka terpisah cukup jauh, dan jadwal latihan mereka sangat padat sehingga mereka hanya bisa bertemu dirumah ketika pulang dari akademi. Atau bahkan mereka bisa bertemu ketika bangun tidur karena latihan kakak nya yang sangat ketat dan keras sehingga kakak nya pulang sangat larut malam.

“Kak, bagaimana latihan nya? Apakah sangat melelahkan?” tanya fiora pada kakaknya.

“Iya” ucap kakak nya sambil memutar bahunya. “Sangat melelahkan”

“Kenapa kakak memilih great sword padahal masih ada yang lain? Kakak bisa menjadi SnS atau DS” saran adik nya.

Julian memegang kepala fiora kecil. “Itu sudah menjadi sebuah resiko ketika pilihan sudah dibuat. Kita tidak boleh berpaling pada pilihan kita, tak peduli seberapa berat dan keras pilihan yang kita buat, asal kita bisa bertahan pada pilihan kita pasti kita akan berhasil mencapai sesuatu yang kita inginkan” ucap kakak nya bijak.

“Kakak sok bijak” ucap fiora dengan sedikit kesal

“Yasudah, mari kita makan dan segera pergi ke akademi kita masing masing” ucap kakak nya. Fiora mengangguk dan kemudian makan.
***
Julian berangkat sendiri karena sejak keluar pintu akademi mereka sudah pisah jalan. Dijalan ia melihat ada seorang kakek kakek yang sedang di peras oleh prajurit tak bertanggung jawab. Dengan cepat ia membantu kakek itu.

Ia mencolek pundak prajurit itu dan kemudian memukul wajah nya dengan sangat keras sampai helm prajurit nya terlepas. Teman nya tidak tinggal diam, ketika prajurit satunya mulai bergerak ia segera menendah perut prajurit itu sampai ia terpental.

“Anak kecil sialan! Beraninya kau...” BUK! Prajurit itu langsung pingsan.

“Guru” ucap julian tak percaya.

“Tendangan belakang!”

Reflek julian langsung menendang kebelakang dan mengenai 'anu' prajurit yang sudah ia pukul tadi.
“Kerja bagus” puji gurunya “Mari berangkat bersama”

“Tumben sekali guru berangkat jam segini” ucap julian.

“Tadi pagi istri ku marah marah karena aku lupa membereskan kamar dan aku harus mendengarkan 1001 macam omelan nya” ucap guru julian yang bernama octavian.

Octavian adalah orang yang memiliki tinggi 183cm dengan badan kurus tapi ia dapat mengangkat beban 25kg dengan mudah hanya dengan 1 tangan.

Julian tertawa kecil mendengar cerita singkat dari gurunya. Dan taklama kemudian ia sampai di akademi tempat nya latihan.

“Kita sampai” ucak octavian.

Akademi ini selalu memiliki murid yang sangat sedikit, sekalipun ada pasti di pertengahan latihan mereka keluar dan pindah akademi. Murid terbanyak yang pernah tercatat dalam sejarah akademi ini hanyalah 5 orang dan semuanya menjadi pendekat tangguh tak terkalahkan. Masing masing mereka meninggal karena di kepung oleh 15 panglima musuh beserta bala tentara nya. Setidak nya mereka dapat membunuh 6 koloni sendirian sebelum mati sebagai pahlawan yang gagah berani.

“Mau mendengar cerita sebelum memulai latihan?” tanya octavian.

Julian mengangguk.

“Dulu ada seorang great sword yang sangat hebat, ia dapat menghabisi 3 koloni prajurit tanpa terluka. Padahal pedang nya itu sangat berat” ucap octavian sambil mengenang. “Ia adalah temanku, kami selalu bersaing. Dia selalu lebih hebat dari ku, aku selalu iri dengan nya. Hingga suatu saat kami mendapat sebuah misi yang sangat berat, kami disuruh mengambil batu sihir dari seekor naga betina raksasa di sebuah lembah di balik gunung” ucapan nya berhenti.

Julian terus menatap gurunya dengan serius.

“Kami bekerja sama sebagai kelompok elite dengan beranggotakan 2 orang great sword yang sangat di andalkan oleh kerajaan. Kami melewati banyak sekali rintangan, kami melawan monster monster dengan bekerja sama sampai akhir nya kami sampai di balik gunung” octavian menarik napas panjang. “Kami harus membunuh naga itu agar bisa mengambil batu sihir yang menempel di kepalanya, sampai akhirnya aku melakukan sebuah kesalahan terfatal yang pernah ku lakukan. Dengan nafsu nya aku segera melompat dan ingin menebas kepala naga itu dan tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh temanku itu dan akhirnya akupun hampir terhamtam oleh tangan naga yang sangat besar itu kalau saja temanku itu tak menolongku”

Sejenak suasana menjadi senyap.

“Ia menolongku dan ia terkena racun naga hanya untuk melindungiku, kami terpental dan mendarat dengan keras nya. Aku melihat teman ku yang sekarat dan pedang nya sudah tidak ada di manapun. Aku mendekat padanya. Ia sudah berlumuran darah dan lemas, tapi ia masih bisa tersenyum dan ia berkata ‘aku sudah meracuni naga itu, bunuh lah! Racun naga itu hanya dapat melumpuhkan tangan nya maka segera habisi dia selagi ia melemas’ aku mengambil pedangku dan menghantam nya dengan membabi buta” kata octavian.

“Apa kau bisa mengalahkan naga itu?” tanya julian.

Octavian menggeleng. “Bahkan ketika naga itu sedang lemas pun ia tetap saja sangat kuat, aku memilih untuk kabur bersama temanku. Ia sempat menolak nya, tapi aku segera mengangkat nya dan berlari dengan cepat melewati lembah lembah dan saat itu sedang hujan deras” ucap octavian “Ia sempat berkata ‘bukankah kau membenciku? Kenapa kau teteap berusaha menyelamatkan ku?’ ucap nya dengan sangat bodoh, aku menjawab ‘aku sama sekali tidak membenci mu, aku hanya iri dengan kehebatan mu yang sangat luar biasa’ kamipun tertawa hambar karena kondisi yang sangat tidak mendukung. Singkat cerita temanku meninggal tepat saat aku sampai di kerajaan, ia sudah terlalu banyak terinfeksi racun dari naga itu. Ia meninggal dengan tersenyum, ia mungkin merasa ia telah mati dengan gagah berani” ucap octavian yang sempat meneteskan air matanya.

“Baiklah, kita mulai lagi latihan fisik nya. Kau tidak mungkin bisa memegang senjata yang sebenarnya jika kau tidak latihan fisik dengan sangat keras” nasihat octavian.

“Baiklah, mulai dari push up 500 kali bukan?” tanya julian meyakinkan.

Octavian mengangguk.

Setelah julian push up 500 diikuti dengan sit up, squat rush, dengan jumlah yang sama dan lari 500km dan juga latihan kuda kuda.

To be continued 
*** 
Tunggu kelanjutan ceritanya ya! Silakan beri kritik dan saran supaya saya lebih baik dalam menulis. Thanks ^_^
Sinopsis
Seorang kakak beradik tinggal di sebuah kerajaan yang bernama Lucidum. Mereka dilatih untuk menjadi prajurit perang di kerajaan tersebut dan juga untuk menghancurkan kerajaan Fortem yang bermusuhan sejak 100 tahun yang lalu. Keturunan dari setiap kerajaan selalu di latih untuk saling menghancurkan, tak peduli itu anak anak maupun orang dewasa. Sebenarnya itu sangat melanggar aturan dan adab berperang, tapi itulah kenyataan yang tengah terjadi.

Tahun demi tahun telah berlalu, kakak beradik itu sudah menjadi seorang panglima perang yang paling di takuti oleh kerajaan Fortem. Lambat laun, mereka menyadari sesuatu yang aneh, sesuatu yang telah lama tidak mereka sadari. Ternyata mereka tengah di adu domba oleh kerajaan Tenebris. Kerajaan penyembah setan, yang selalu mensupport kerajaan nya berupa senjata, baju zirah, DLL.

Mereka pergi sesuai perintah raja, mereka harus merahasiakan misi ini dan pergi ke tempat penyihir tua di sebrang lautan luas. Dan mereka tidak menyangka kalau mereka akan bertemu dengan orang yang sangat mengejutkan.
Next PostNewer Posts Home